Sabtu, 24 Juli 2010

penyakit jantung koroner-patofissiolog

Ateroma pada arteri koronaria akan menyebabkan stenosis, yang dapat mengganggu aliran koroner dan menyebabkan iskemia miokard. Penelitian menunjukkan bahwa stenosis sebesar 60% atau lebih menyebabkan iskemia miokard, yang oleh penderita dinyatakan sebagai nyeri yang khas disebut angina pektoris.

Nyeri angina yang khas adalah nyeri retrosternal seperti ditekan, yang sering menjalar ke arah lengan kiri dan leher kiri hingga ke rahang dan telinga kiri. Secara klinis, iskemik miokard dapat manifes dalam bentuk :

1. Asimtomatik
2. Angina pektoris, yang dapat berbentuk: a) Angina stabil; b) Angina tak stabil; c) Angina varian (Prinzmetal); d) Iskemia Miokard Tenang.
3. Gagal jantung, yang bisa gagal jantung sistolik maupun diastolik, terutama timbul pada pendertita yang telah mengalami infark miokard.
4. Aritmia, yang dapat berbentuk bermacam-macam termasuk kematian mendadak.
5. Infark miokard akut.

Senin, 31 Mei 2010

PATOFISIOLOGI STROKE INFARK AKIBAT TROMBOEMBOLI

I. PENDAHULUAN
Stroke adalah penyakit yang merupakan penyebab kematian tersring
ke tiga di negara Amerika, merupakan penyakit yang paling sering menimbulkan
kecacatan.Menurut American Heart Association, diperkirakan terjadi 3 juta
penderita stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi
pertahun. Sedangkan angka kematian penderita stroke di Amerika adalah 50-
100/100.000 penderita pertahun. Angka kematian tersebut mulai menurun sejak
awal tahun 1900, dimana angka kematian sesudah tahun 1969 menurun hingga
5% pertahun. Beberapa peneliti mengatakan bahwa hal tersebut akibat kejadian
penyakit yang menurun yang disebabkan karena kontrol yang baik terhadap
faktor resiko penyakit stroke.
Di Indonesia masih belum terdapat epidemiologi tentang insidensi dan
prevalensi penderita stroke secara nasional. Dari beberapa data penelitia yang
minim pada populasi masyarakat didapatkan angka prevalensi penyakit stroke
pada daerah urban sekitar 0,5% (Darmojo , 1990) dan angka insidensi penyakit
stroke pada darah rural sekitar 50/100.000 penduduk (Suhana, 1994).
Sedangkan dari data survey Kesehatan Rumah Tangga (1995) DepKes RI,
menunjukkan bahwa penyakit vaskuler merupakan penyebab kematian pertama
di Indonesia.
Dari data diatas, dapat disimpulkan bahwa pencegahan dan
pengobatan yang tepat pada penderita stroke merupakan hal yang sangat
penting, dan pengetahuan tentang patofisiologi stroke sangat berguna untuk
menentukan pencegahan dan pengobatan tersebut, agar dapat menurunkan
angka kematian dan kecacatan.
Berdasarkan gejala klinis, Infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu
Infark aterotrombotik (aterotromboli), Infark kardioemboli, dan Infark lakuner.
Menurut Warlow, dari penelitia pada populasi masyarakat, Infark aterotrombotik
merupakan penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada
50% penderita aterotrombotik bervariasi antara 14-40%. Infark aterotrombotik
terjadi akibat adanya proses aterotrombotik pada arteri ekstra dan intrakranial.
Proses aterotrombotik tejadi melalui 2 cara, yaitu:
1. Aterotrombotik in situ, terjadi akibat adanya plak yang terbentuk akibat
proses aterosklerotik pada dinding pembuluh darah intrakranial, dimana plak
tersebut membesar yang dapat disertai dengan adanya trombus yang
melapisi pembuluh darah arteri tersebut. Apabila proses tersebut terus
berlangsung maka akan terjadi penyumbatan pembuluh darah tersebut dan
penghentian aliran darah disebelah distal.
2. Tromboemboli (artery to artery embolus), terjadi akibat lepasnya plak
aterotrombolik yang disebut sebagai emboli, yaitu akan menyumbat arteri
disebelah distal dari arteri yang mengalami proses aterosklerotik.